Penyesalan Ku Terhadap Suamiku
itu adalah kisah nyata ku ..
Panah asmara bisa muncul tanpa diduga. Juga bisa mengena kepada siapa saja. Tak terkecuali mereka yang sudah berkeluarga. Apalagi, bila perjumpaan dua insan berlainan jenis kelamin berbalur nafsu primitif. Tapi, siapa yang bisa menolak bila akal sehat terkikis oleh libido yang membeludak? Hal ini setidaknya dialami Cindy, seorang karyawati di salah satu penerbit media cetak di ibukota. Hanya, karena ingin belajar internet ia terjebak asmara dengan pria yang sudah beristeri, sebut saja “Hilman.” Berikut penuturan Cindy.
Kenalkan namaku Cindy, usia 27 tahun. Aku tinggal di Jakarta, suamiku kerja di satu perusahaan swasta yang memiliki jaringan ke berbagai wilayah di tanah air. Kami sudah 2 tahun sudah menikah, tapi entah mengapa belum juga punya anak. Pada hal, kami melakukan hubungan suami isteri secara rutin dan lancar. Memang pola kami “berhubungan” menurutku biasa-biasa saja, kurang variasi, bahkan terasa membosankan. Pun demikian, tak ada sedikit pun niat untuk berselingkuh dengan orang lain. Suamiku sangat menyayangi aku bahkan cenderung memanjakanku.
Tapi, segalanya berubah setelah aku diserahi tugas menangani hubungan dengan perwakilan di beberapa daerah. Untuk kelancaran tugas tersebut aku terpaksa belajar mengoperasikan internet, karena hubungan dengan perwakilan di daerah selalu melalui e-mail.
Melalui kirim-kiriman e-mail, aku kenal Hilman, Wakil Kepala Perwakilan di Solo Jawa Tengah. Melalui e-mail, ia banyak memberikan pengetahuan tentang internet, termasuk bagaimana ber-chatting ria. Hubungan kami lama kelamaan semakin akrab, bahkan tak hanya melalui internet, tapi juga telepon dan SMS. Pada hal kami belum bertemu muka dengan muka. Karena sudah sangat akrab, pembicaraan antara kami tidak lagi sebatas urusan kantor, tapi juga masuk pada masalah-masalah pribadi.
Hingga pada satu hari, Hilman menelponku, ia mengatakan akan ke Jakarta, Ia menawarkan agar kami “copy darat,” untuk berkenalan dan bertemu muka. Menurut Hilman, pertemuan sebaiknya dilakukan di luar kantor. Agar selain tidak mengganggu jadwal kerja juga suasananya lebih santai.
Awalnya, ditawari begitu, aku agak bingung, karena hal seperti ini adalah sangat baru bagiku, sudah mengenal seseorang, tapi belum pernah bertemu, dan sekarang akan bertemu orang tersebut. Tapi akhirnya aku menyetujui dan kita membuat janji untuk bertemu pada hari Sabtu pagi karena kantor libur, sehingga banyak waktu untuk bertemu.
Kami sepakat bertemu pukul 10 pagi di lobi Hotel S di kawasan Pecenongani, tempat Hilman nginap. Aku datang sendirian, karena pada hari Sabtu, suamiku tetap masuk kerja. Perusahaan tempat ia kerja memang tidak libur pada hari Sabtu. Tapi, setelah tiba di lobi hotel, aku tak menemukan Hilman. Akhirnya, kutanyakan pada bagian reception, apakah ada tamu bernama Hilman. Setelah dichek, ternyata ada, dan aku diberitahu nomor kamarnya. Aku telepon ke kamarnya, dan Hilman yang mengangka. Ia minta maaf karena telat bangun sebab harus menyelesaikan pekerjaan hingga larut malam. Dikatakanya saat itu ia pun belum sempat mandi.
Tentu aku bingung, akankah menunggu hingga Hilman turun ke lobi, atau bagaimana ? Menurut Hilman, jika tidak keberatan, aku dipersilahkan naik ke kamarnya, menunggu dii ruang tamu di kamarnya (ternyata kamarnya mempunyai ruang tamu sendiri, semacam suite room atau apa aku tidak menanyakan). Tawaran ini bagiku membingungkan, tapi akhirnya aku menyetujuinya. Sesampai di depan kamar, aku pencet bel, dan tak lama kemudian Hilman membuka pintu. Ternyata Hilman, pria ganteng dan penampilannya simpatik. Setelah sedikit berbasa basi diruang tamu kamarnya, ia permisi untuk mandi sebentar dan mempersilahkan aku untuk main komputer kecilnya (notebook). Ia sempatmembantuku meng-connect-kannya ke internet, sebelum meninggalkanku untuk mandi.
Aku mencoba masuk ke web untuk chatting, tetapi entah kenapa kok tidak bisa masuk. Tapi, tanpa sengaja, aku justru membuka web yang isinya kisah-kisah seru dan saru, dan dalam bahasa Indonesia lagi. Aku catat alamat webnya, agar dapat aku buka di rumah. Terus terang, membaca ceritera-ceritera itu, aku jadi terangsang. Keluar dari kamar mandi, Hilman kaget melihat aku membuka web tersebut. Aku juga sangat malu, sehingga komputer segera ku disconnect kan. Tapi karena Hilman terlanjur melihat aku membaca ceritera saru dan seru, tak lama kemudian ia tertawa dan menanyakan, apakah aku pernah masuk ke web itu. Aku jawab, belum, dan aku tak tahu kenapa bisa masuk ke wb itu.
Mendengar jawabanku, Hilman tersenyum, dan setelah suasana agak mencair kami ngobrol seputar masalah internet. Hilman tampak amat menguasai dunia internet. Bahkan ia jelaskan bahwa di internet terdapat web untuk orang dewasa, misalnya cerita seru, dan web yang menampilkan gambar gambar sex. Aku jadi penasaran, karena itu Hilman membuka sebuah web porno, yang membuat aku kaget karena berisi sepasang belia yang bersebadan.
Sejujurnya aku belum pernah melihat isi internet seperti itu, atau yang dinamakan “blue film.” Akibatnya, aku jadi panas dingin. Mungkin aku sudah terangsang. Entah bagaimana dan kapan mulainya, Hilman ternyata sudak memelukku, dan tangan nakalnya mulai menjelajahi sekujur badanku.
Semula aku ingin berontak, tapi heran aku diam saja. Bahkan, tetap tidak bereaksi saat Hilman menggiringku ke tempat tidur. Puncaknya, kami pun berhubungan badan. Hilman yang tampaknya amat berpengalaman, sehingga aku semakin terbuai kenikmatan sesat dengan penuh gelora. Dengan Hilman, aku menemukan keindahan yang belum aku dapatkan dalam berhubungan dengfan suami. Berbagai gaya yang ditiru dari tayangan internet kami praktekkan. Tanpa terasa hari sudah menjelang sore, dan aku harus segera kembali ke rumah.
Bagiku, ini memang pertama kali terjadi dalam perkawinanku. Karena itu aku merasa berdosa terhadap suamiku. Tapi ini telah terjadi. Celakanya selalu muncul keinginan untuk mengulanginya, terutama bila membuka internet, yang menjadi tugas rutinku di kantor. Karena itu, tak jarang bila waktu senggang ku manfaatkan internet kantor, baik untuk ber chatting dengan Hilman. Atau atau membuka web-web “dewasa” yang menyajikan aneka variasi hubungan intim. Tentu, setiap kali Hilman datang ke Jakarta, kami selalu manfaatkan untuk mengulanginya kembali, sekaligus menambah pengetahuan.
Dalam hati kecilku, sebenarnya aku ingin mengakhiri hubungan gelap ini. Dan aku ingin mempraktekkan pengetahuan tersebut bersama suami saja. Tapi, ada rasa malu, sungkan, atau apalah namanya, sehingga niatku meningkatkan kemesraan bersama suami tetap tak terlaksana. Terus terang aku sangat takut, bila suatu saat suamiku mengetahui apa yang pernah aku lakukan bersama Hilman.
Kenalkan namaku Cindy, usia 27 tahun. Aku tinggal di Jakarta, suamiku kerja di satu perusahaan swasta yang memiliki jaringan ke berbagai wilayah di tanah air. Kami sudah 2 tahun sudah menikah, tapi entah mengapa belum juga punya anak. Pada hal, kami melakukan hubungan suami isteri secara rutin dan lancar. Memang pola kami “berhubungan” menurutku biasa-biasa saja, kurang variasi, bahkan terasa membosankan. Pun demikian, tak ada sedikit pun niat untuk berselingkuh dengan orang lain. Suamiku sangat menyayangi aku bahkan cenderung memanjakanku.
Tapi, segalanya berubah setelah aku diserahi tugas menangani hubungan dengan perwakilan di beberapa daerah. Untuk kelancaran tugas tersebut aku terpaksa belajar mengoperasikan internet, karena hubungan dengan perwakilan di daerah selalu melalui e-mail.
Melalui kirim-kiriman e-mail, aku kenal Hilman, Wakil Kepala Perwakilan di Solo Jawa Tengah. Melalui e-mail, ia banyak memberikan pengetahuan tentang internet, termasuk bagaimana ber-chatting ria. Hubungan kami lama kelamaan semakin akrab, bahkan tak hanya melalui internet, tapi juga telepon dan SMS. Pada hal kami belum bertemu muka dengan muka. Karena sudah sangat akrab, pembicaraan antara kami tidak lagi sebatas urusan kantor, tapi juga masuk pada masalah-masalah pribadi.
Hingga pada satu hari, Hilman menelponku, ia mengatakan akan ke Jakarta, Ia menawarkan agar kami “copy darat,” untuk berkenalan dan bertemu muka. Menurut Hilman, pertemuan sebaiknya dilakukan di luar kantor. Agar selain tidak mengganggu jadwal kerja juga suasananya lebih santai.
Awalnya, ditawari begitu, aku agak bingung, karena hal seperti ini adalah sangat baru bagiku, sudah mengenal seseorang, tapi belum pernah bertemu, dan sekarang akan bertemu orang tersebut. Tapi akhirnya aku menyetujui dan kita membuat janji untuk bertemu pada hari Sabtu pagi karena kantor libur, sehingga banyak waktu untuk bertemu.
Kami sepakat bertemu pukul 10 pagi di lobi Hotel S di kawasan Pecenongani, tempat Hilman nginap. Aku datang sendirian, karena pada hari Sabtu, suamiku tetap masuk kerja. Perusahaan tempat ia kerja memang tidak libur pada hari Sabtu. Tapi, setelah tiba di lobi hotel, aku tak menemukan Hilman. Akhirnya, kutanyakan pada bagian reception, apakah ada tamu bernama Hilman. Setelah dichek, ternyata ada, dan aku diberitahu nomor kamarnya. Aku telepon ke kamarnya, dan Hilman yang mengangka. Ia minta maaf karena telat bangun sebab harus menyelesaikan pekerjaan hingga larut malam. Dikatakanya saat itu ia pun belum sempat mandi.
Tentu aku bingung, akankah menunggu hingga Hilman turun ke lobi, atau bagaimana ? Menurut Hilman, jika tidak keberatan, aku dipersilahkan naik ke kamarnya, menunggu dii ruang tamu di kamarnya (ternyata kamarnya mempunyai ruang tamu sendiri, semacam suite room atau apa aku tidak menanyakan). Tawaran ini bagiku membingungkan, tapi akhirnya aku menyetujuinya. Sesampai di depan kamar, aku pencet bel, dan tak lama kemudian Hilman membuka pintu. Ternyata Hilman, pria ganteng dan penampilannya simpatik. Setelah sedikit berbasa basi diruang tamu kamarnya, ia permisi untuk mandi sebentar dan mempersilahkan aku untuk main komputer kecilnya (notebook). Ia sempatmembantuku meng-connect-kannya ke internet, sebelum meninggalkanku untuk mandi.
Aku mencoba masuk ke web untuk chatting, tetapi entah kenapa kok tidak bisa masuk. Tapi, tanpa sengaja, aku justru membuka web yang isinya kisah-kisah seru dan saru, dan dalam bahasa Indonesia lagi. Aku catat alamat webnya, agar dapat aku buka di rumah. Terus terang, membaca ceritera-ceritera itu, aku jadi terangsang. Keluar dari kamar mandi, Hilman kaget melihat aku membuka web tersebut. Aku juga sangat malu, sehingga komputer segera ku disconnect kan. Tapi karena Hilman terlanjur melihat aku membaca ceritera saru dan seru, tak lama kemudian ia tertawa dan menanyakan, apakah aku pernah masuk ke web itu. Aku jawab, belum, dan aku tak tahu kenapa bisa masuk ke wb itu.
Mendengar jawabanku, Hilman tersenyum, dan setelah suasana agak mencair kami ngobrol seputar masalah internet. Hilman tampak amat menguasai dunia internet. Bahkan ia jelaskan bahwa di internet terdapat web untuk orang dewasa, misalnya cerita seru, dan web yang menampilkan gambar gambar sex. Aku jadi penasaran, karena itu Hilman membuka sebuah web porno, yang membuat aku kaget karena berisi sepasang belia yang bersebadan.
Sejujurnya aku belum pernah melihat isi internet seperti itu, atau yang dinamakan “blue film.” Akibatnya, aku jadi panas dingin. Mungkin aku sudah terangsang. Entah bagaimana dan kapan mulainya, Hilman ternyata sudak memelukku, dan tangan nakalnya mulai menjelajahi sekujur badanku.
Semula aku ingin berontak, tapi heran aku diam saja. Bahkan, tetap tidak bereaksi saat Hilman menggiringku ke tempat tidur. Puncaknya, kami pun berhubungan badan. Hilman yang tampaknya amat berpengalaman, sehingga aku semakin terbuai kenikmatan sesat dengan penuh gelora. Dengan Hilman, aku menemukan keindahan yang belum aku dapatkan dalam berhubungan dengfan suami. Berbagai gaya yang ditiru dari tayangan internet kami praktekkan. Tanpa terasa hari sudah menjelang sore, dan aku harus segera kembali ke rumah.
Bagiku, ini memang pertama kali terjadi dalam perkawinanku. Karena itu aku merasa berdosa terhadap suamiku. Tapi ini telah terjadi. Celakanya selalu muncul keinginan untuk mengulanginya, terutama bila membuka internet, yang menjadi tugas rutinku di kantor. Karena itu, tak jarang bila waktu senggang ku manfaatkan internet kantor, baik untuk ber chatting dengan Hilman. Atau atau membuka web-web “dewasa” yang menyajikan aneka variasi hubungan intim. Tentu, setiap kali Hilman datang ke Jakarta, kami selalu manfaatkan untuk mengulanginya kembali, sekaligus menambah pengetahuan.
Dalam hati kecilku, sebenarnya aku ingin mengakhiri hubungan gelap ini. Dan aku ingin mempraktekkan pengetahuan tersebut bersama suami saja. Tapi, ada rasa malu, sungkan, atau apalah namanya, sehingga niatku meningkatkan kemesraan bersama suami tetap tak terlaksana. Terus terang aku sangat takut, bila suatu saat suamiku mengetahui apa yang pernah aku lakukan bersama Hilman.
Kiriman Dari sahabat CatatanTidur
Anda sedang membaca artikel tentang Penyesalan Ku Terhadap Suamiku dan anda bisa menemukan artikel ini dengan url https://catatantidur.blogspot.com/2018/04/penyesalan-ku-terhadap-suamiku.html. Jika anda ingin menyebarluaskan artikel ini mohon cantumkan link sumbernya! Terima kasih.
Posting Komentar